Saturday, November 1, 2008

2008 JKRI National Meeting

Pada 22-24 Oktober kemarin, JKRI mengadakan National Meeting. Di meeting tersebut diadakan revitalisasi jaringan, laporan pertanggungjawaban Dinamisator periode 2005-2008, dan pemilihan Dinamisator baru.

Pada acara ini, ditetapkan Dinamisator periode 2008-2011 adalah Yayasan Reef Check Indonesia.

JKRI ikut meramaikan International Year of the Reef 2008

Sebagai jaringan pemantau terumbu karang terbesar di Indonesia, JKRI merasa terpanggil untuk ikut meramaikan International Year of the Reef 2008. JKRI kemudian mengkoordinasi anggota jaringan untuk melaksanakan survei di beberapa site utama untuk Reef Check di Indonesia. Tercatat, Marine Diving Club - Ilmu Kelautan UNDIP melakukan survei dan kegiatan penyadartahuan mengenai terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa, Unit Selam UGM melakukan survei di Taman Nasional Baluran, dan Marine Science Diving Club - UNHAS melakukan survei di kepulauan Spermonde, Sulawesi.

link mengenai informasi dicantumkannya kegiatan JKRI di IYOR 2008 dapat dilihat pada link berikut
http://www.iyor.org/Calendar/events_view.aspx?Eventid=270

Thursday, April 24, 2008

Fantastic Opportunity to join OceansWatch Yacht!

Fantastic Opportunity to join OceansWatch Yacht!

OceansWatch www.oceanswatch. org the newly formed Trust connecting sailors and divers with marine conservation and humanitarian projects, needs crew for two yachts this coming season in the Pacific region.

The yachts will be heading out from New Zealand into the Pacific during May to undertake a variety of marine conservation projects and humanitarian aid work in Tonga, Vanuatu and Papua New Guinea.

The Magic Roundabout, a Sweden 34, will leave at the beginning of May for Vanuatu where the team will be assisting the Fisheries Dept with various projects, as well as conducting Reef Check surveys. After Vanuatu Magic Roundabout will head for Papua New Guinea where the crew will be working with the PNG Institute for Sustainable Marine Resources on marine conservation issues and also helping the people of Karkar Island. Skipper is OceansWatch founder Chris Bone.

Amadis, a 12m cutter owned by OceansWatch Trustee, Lily Kozmian-Leward, will sail from New Zealand towards the end of May to the Kingdom of Tonga where she will be working with the local Fisheries Dept as well as undertaking Reef Check surveys and working on whale identification. Lily is an experienced Marine Biologist who originally sailed from England in 2005 conducting coral reef conservation and monitoring surveys en route. She is looking for crew members, who can sail and dive, to join Amadis for a minimum of a month.


For Magic Roundabout OceansWatch needs –

An experienced skipper from ~25th June until August 10th – as a replacement for Chris Bone. They need to have reasonable diving experience, an interest in the environment and be sympathetic to the ideals of OceansWatch.

A crew member with a Marine Biology degree who is an experienced diver, preferably with Reef Check accreditation, (Reef Check trainer would be even better) from Aug 1st to the end of season in November. This opportunity may suit an intern looking to gain experience working with an NGO in the Pacific Islands.

A crew member from about July 1 to end of season - November. Must be a Divemaster to take responsibility for all marine survey diving, prefer Reef Check accredited, but we can train if necessary.

These opportunities are unique!

All positions are self funding, I.E. a contribution of NZ$250pw to cover food and boat running costs.

Please reply with a comprehensive C.V. outlining your experience to:

Chris Bone

chris@oceanswatch. org

Lily Kozmian-Ledward
lily@oceanswatch. org


Sumber: Reef Check list

Saturday, March 15, 2008

Setelah disetujuinya pembuangan lumpur panas Lapindo Brantas ke laut

Saya rasa semua teman sudah mengetahui mengenai persetujuan dari presiden untuk pembuangan material lumpur panas dari Lapindo Brantas ke laut secara langsung tanpa diolah. Lumpur panas jutaan ton akan dibuang melalui Kali Mati dan Kali Porong, kemudian digelontorkan ke Kali Brantas (Detikcom, 27 Sept 2006)

Model (http://rovicky.wordpress.com/2006/09/27/animasi-kalau-lumpur-dibuang-ke-laut/) telah dibuat untuk menjelaskan mengenai pola kemungkinan persebaran lumpur panas ini jika dibuang ke laut dalam hitungan 15hari. Secara garis besar, akan terlihat tidak ada perubahan yang cukup signifikan terhadap ekosistem pesisir laut dalam hitungan hari tersebut, mengingat suspended load di selat madura selama ini memang sudah banyak.

FYI sepanjang kawasan pesisir daerah tapal kuda (Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo hingga Situbondo dan Madura) terdapat ekosistem terumbu karang (+/- 30.178,93 Ha), lamun dan mangrove yang menjadi habitat ribuan spesies biota laut. Data JKRI tahun 2001 dan 2002 di Batu Lawang, Bilik, Lempuyang, Bama, Kajang di Kabupaten Situbondo menyebutkan kemunculan Hard Coral Life berkisar 9% hingga 80% dan rerata senilai 34%.

Ada pertanyaan yang perlu dicermati bersama setelah pembuangan material lumpur panas ini ke laut, yaitu mengenai kemungkinan dampaknya terhadap ekosistem pesisir dan laut dalam jangka panjang. Bagaimana kondisi ekosistem pesisir kawasan tapal kuda dalam jangka panjang?


Diambil dari posting di mailing list reefcheckind@yahoogroups.com pada Wed Sep 27, 2006 5:11 pm

Satu Dekade Pemantauan Reef Check di Indonesia


Pertanyaan mengenai bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia selama beberapa tahun belakangan dijawab oleh laporan “Satu Dekade Pemantauan Reef Check: Kondisi dan Kecenderungan pada Terumbu Karang di Indonesia”. Secara umum, kondisi terumbu karang Indonesia berada dalam kategori Sedang (26-50%) dengan persen kemunculan yang cenderung menurun. Untuk ikan, telah terjadi tangkap lebih pada ikan ekonomis dan ikan karang konsumsi yang diindikasikan dengan menurunnya jumlah Kerapu Tikus, Napoleon, Kerapu, Haemulidae, Parrotfish dan Bumphead Parrotfish. Butterflyfish sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tekanan terhadap usaha koleksi akuarium menunjukkan adanya sedikit penurunan jumlah rata-rata per tahun.

Tren penurunan jumlah substrat dan ikan yang ditemui oleh pemantau Reef Check juga ditemui di indikator invertebrate. Jumlah indikator penangkapan ikan berlebih serta pemanenan berlebih menunjukkan penurunan yang signifikan. Bulu Seribu atau Acanthaster plancii yang dijadikan sebagai indikator predator karang, dicatat berada dalam populasi minimal. Satu perbedaan dari tren yang menurun tercatat pada indikator biota koleksi akuarium, yang jumlahnya cenderung naik.

Secara umum, dampak yang berakibat pada kerusakan terumbu karang (coral damage) dan trash (sampah) tidak menunjukkan adanya kecenderungan turun ataupun naik secara jelas. Mayoritas kerusakan tidak terlalu besar (ada pada level 1) dengan rata-rata jumlah kerusakan tertinggi disebabkan oleh aktivitas perahu/jangkar, sementara trash juga terdapat pada level yang sama dan mayoritas berasal dari penyebab lain.

Akhir kata, kita menyadari bahwa tekanan terhadap terumbu karang semakin meningkat seiring kegiatan pembangunan serta pemanfaatan sumberdaya di Indonesia. Kerjasama berbagai pihak untuk berbagi tugas dalam pengelolaan ekosistem ini mutlak diperlukan untuk kelestarian sumberdaya yang pada gilirannya nanti juga akan memberikan keuntungan bagi kita.

Download file laporan Satu Dekade Pemantauan Reef Check di Indonesia disini